Jumat, 05 Juni 2009

PASAR MODAL SYARIAH

Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.

Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI).

Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah.

Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah.

Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana Indeks dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII.

Saham Syariah

Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan lain-lain.

Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Indeks (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi criteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM).

Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.

Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:

  • Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
  • Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
  • Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
  • Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:

  1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
  2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang meiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
  3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
  4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
Obligasi Syariah

Sesuai dengan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, "Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo".

Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan Obligasi Syariah, beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi:

  1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tsb menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yg bertentangan dengan syariah Islam diantaranya: (i) usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; (ii) usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional; (iii) usaha yg memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram; (iv) usaha yg memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang2 ataupun jasa yg merusak moral dan bersifat mudarat.
  2. Peringkat investment grade: (i) memiliki fundamental usaha yg kuat; (ii) memiliki fundamental keuangan yg kuat; (iii) memiliki citra yg baik bagi publik.
  3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.

Di Indonesia terdapat 2 skema obligasi syariah yaitu obligasi syariah mudharabah dan obligasi

Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.

Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.

Reksa Dana Syariah

Reksa Dana Syariah merupakan Reksa Dana yang mengalokasikan seluruh dana/portofolio kedalam instrument syariah seperti saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Indeks (JII), obligasi syariah, dan berbagai instrument keuangan syariah lainnya.

Fatwa dan Peraturan Pasar Modal Syariah

Ketentuan operasional pasar modal syariah diatur melalui fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI) dan peraturan yang diterbitkan BAPEPAM-LK, yaitu adalah:

  1. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.
  2. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
  3. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

KAFFAH ECONOMICS

Islam uniquely considers distribution as the economic problem, and Muslims do not share the obsession of capitalists and communists with production. Because Islam differentiates between the basic needs and luxuries, there exists no concept of relative scarcity of resources in Islam. The resources available on earth are sufficient to secure the basic needs (food, clothing, and shelter) of fifty billion human beings. Such a misunderstanding has concealed the reality that starvation, poverty, and economic backwardness, result from maldistribution exasperated by man-made laws and systems. Under the Islamic system, Nigeria alone could support the whole of Africa, as occurred in the past when, under the system of Islam, Africa sent food to relieve the famine in Medinah during the rule of Omar bin al-Khattab.
By using labels like "Third World" and "First World," this economic conspiracy has worked behind a deceived populace who fail to realize that the "Third World" countries are actually First World in terms of resources. While organizations like Mercy International and UNICEF keep the masses content under the circus act of "humanitarian aid," the capitalist machine works behind the stage to gobble up the resources of the world.
The implementation of Islam would eliminate the stranglehold by which the elites control the polices of the world and milk its resources. Unlike the current systems, Islam will not impose any limits on the amount of wealth that an individual can acquire, thus creating and maintaining an incentive to work. The shortsightedness of limiting production stems from the man-made ideologies that fail to understand the nature of creation. Because the Islamic system reflects the wisdom of the Creator, then the implementation of Islam will provide a society conducive to life that will address the needs of humanity based on the correct understanding of life. Muhammad (saaw) said, "The son of Adam, if he had two valleys of gold, would desire a third and would not be satisfied till he bites the dust."
While generating massive abundance and wealth of resources by eliminating all the restrictions and oppressive systems that prevent production, Islam will safeguard against abuses of exploitation in acquiring wealth by limiting the way in which wealth is acquired. For instance, Islam denies the "free" market of Capitalism which has led to the situation of "survival of the fittest". Such an unrestricted environment has led directly to the current situation where multinational companies have scavenged the resources of the world like parasites unrestricted in their "freedom." Under the Khilafah, natural and vital resources would be categorized as public property and a right of every citizen of the state - Muslim or otherwise - in accordance with the Prophet's (saw) Hadith that states, "The humans have a right to three things - water, green pastures, and fire-based fuels (An-Naar)."
In Islam, public revenue from oil and natural resources would be used to secure the needs of the whole Muslim Ummah, and not to line the pockets of casino owners. The Khilafah would provide public and vital resources without charge to cover the needs of every individual and family, and the monopolies that multinational corporations maintain to dictate the lives of the people would dissipate.
The Shariah also defines certain rules that regulate company structure, effectively preventing abuse and corruption. For instance, Islam forbids monopolies by outlawing the hoarding of wealth (Al-Ihtikar), and eliminating copyright or patency laws that would open the avenue for potential monopolies to develop. Also, Islam protects the ownership of businesses and companies by restricting ownership of companies only to those who contribute both capital and effort to the company or business, thus effectively putting the seal on such concepts as "corporate takeover" from ever becoming a reality.
In the systems of today, the stock market offers no such protection and allows for any outsider to secure a share in any business or corporation and impose his policies on the company agenda, even if that individual puts no effort or work into the business. Today, food manufacturers have cultivated the art of burning surplus food and dumping surplus milk into the ocean to artificially inflate prices by creating "scarcity," an art that would cease to exist with the implementation of Islam.
Unlike today's system, which opens all doors for anyone to access wealth by any means, Islam categorizes wealth in a systematic way that both protects the right of individuals to access wealth and, simultaneously protects the society and secures the needs of the Ummah. Islam mandates vital and natural resources as public property while allowing for unlimited access to luxury items. Also, Islam protects the society in ways that corrupt man-made systems have overlooked by defining certain needs as "prohibited needs." For instance, to protect the honor (ird) of the woman, Islam would outlaw all forms of prostitution, pornography, or any type of sexual bombardment that exploits the charms and physical attractiveness of women. In addition, Islam would prohibit alcohol and gambling, killing every industry and institution derived from such filth that has seeped the Capitalist Nations in a downward spiral of corruption, social turmoil, and moral devastation.
In addition, the form of currency in Islam will break the economic hold of the Kuffar over the Muslim lands. The Khilafah would link the currency to gold, silver or some other precious resource. By backing the currency with resources of real value, Islam creates a stable medium of exchange and eliminates the concepts of linking currencies that allow nations to manipulate currencies and maintain a monopoly over the financial markets of the world.
Just a glance at the economic system in Islam suffices to explain the fear and dread that America and the West have shown towards Islam, and explains the dedication and effort exerted towards curtailing or suppressing the resurgence of Islam as a system. Such a system would not only break the grip that the Capitalist nations have secured over the wealth and resources of the Muslim lands and dethrone their upper hand over the policies of the world, but would provide the long-awaited solutions to life that they have kept a secret from their own people with their extensive media manipulation and education. Because the currency in Islam is linked to gold or other precious resources, the implementation of Islam would cut the economic chains that America employs by linking other currencies to the dollar.
In addition, the effectivity with which the Islamic economic systems correctly defines the economic problem and secures the needs of every individual, and eliminates all forms of economic and social corruption, would provide fuel for the foreign policy of the state that would enable the Khilafah to easily spread Islam ideologically throughout the world.
For such a system to emerge, the Ummah must revitalize within itself the Islamic way of life and cultivate the Islamic culture and the Islamic Aqeedah as the sole basis for providing solutions to its problems. Without the clear conviction in the Islamic Aqeedah and the comprehensive understanding of the Islamic system, the corrupt regimes will continue to tame and manipulate the Muslim masses with empty slogans, while behind the curtains, the feudal landlords of Pakistan will maintain their status and the Gulf sheikhs will continue to squander the public resources of the Ummah.
Primary Concept of Islamic Financial Planning
Extended Islamic worldview, explained.
Though Islamic financial planning has been introduced almost two years in Malaysia by the pioneer Hijrah Strategic Advisory Group Sdn Bhd, some people are still confused about the concept. What is financial planning? Is there an Islamic financial planning? What is the difference between Islamic and conventional financial planning? Do we need the Islamic one?… These questions disturb many people's mind.
Financial planning is an effort to render professional service to individuals, their family and their business, to provide impartial assistance in analyzing and organizing financial affairs in order to achieve financial and lifestyle goals. It is basically dealing with a man who engages in some forms of personal budget in term of wealth creation, wealth accumulation, wealth protection, and wealth distribution. The crux of a financial planning practice is the planning itself then the implementation of the plan and the monitoring of it. Terms such as man, wealth, and lifestyle goal that are used in the above definition are actually neutral and do not carry any value. These terms are known as generic concept of financial planning. The generic concepts are those concepts in a discipline, which identify the elements whose functioning and interrelationships form its subject matter. Definitely the generic concepts are free of philosophical underpinnings.
These concepts can not generate a world view as they are generic and lack a philosophical basis that defines the nature of their role, and the nature of their interrelationships in terms of the final outcome of their interaction. A worldview, on the other hands, is arrived at by giving a philosophical orientation to the generic concepts; when this happens the generic concepts are transformed into what the so-called "Primary Concepts". Therefore primary concepts redefine the nature, inter-relationships and the role of generic concepts in the system; predicting a unique universal outcome based on the chosen philosophical foundation. For instances: man, wealth or resources, lifestyle; are some of the generic concepts in financial planning but given the philosophical foundation of Laissezz Faire each of these concepts acquires a new meaning and identity; and their interrelationships deliver the final outcome which is different from that of dialectical materialism and Islam.
In the case of conventional that is either based on laissezz faire (capitalism), dialectical materialism and Islam, this is evident from the figure 1.:
As a result primary concept are actually the generic concepts with philosophical themes. When these primary concepts are stratified, they help develop a particular worldview.
Similarly by using the philosophical foundation of Islam, the generic concepts of financial planning are also refined and are transformed into the primary concepts that can be used to construct a worldview of Islamic financial planning.
Capitalism Islam Socialism
Generic Concepts Primary Concepts Primary Concepts Primary Concepts
Wealth /Resources Scarcity of resources Bounties of God and no scarce Scarcity of resources
Ownership Individual freedom A Trust The source of the exploitation of labor
Lifestyle goals Personal Satisfaction (needs and wants) Falaah (Prosperity) Equal welfare among the proletariat
Figure 1. Primary concepts of Conventional and Islamic financial planning
Thus conventional financial planning is being value added with the specific philosophical underpinning. Consequently in the operational level, these concepts will be translated in the personal budget in every stage of creation, accumulation, protection and distribution of wealth.
Islam, on other hand, provides a worldview that is harnessed to private and public life of Muslims based on the revelation, qur'an and sunnah. Thus Islamic financial planning has been there since prophet Muhammad sent to this world to guide human beings. In Islam, a man has been respected and considered as vicegerent on the earth, as Allah says "Behold, thy Lord said to the angels: "I will create a vicegerent on earth"…(qur'an 2:30). As a vicegerent, a man has been ordered to serve Allah as He says "I have nonly created Jinns and men, that they may serve me" (Qur'an 51:56).
Every single deed and activity of man in Islam is considered as worship and thus should reflect rendering service to Allah. For this purpose Qur'an was revealed and the prophet was sent to be a model for ideal mankind and to guide and educate men to live in this world according to the injunctions of Allah. Both qur'an and sunnah that constitute shari'ah, become a significant parameter for the Islamic way of life. Thus, Islamic financial planning should comply the shari'ah. There is a need for all Muslims to understand their two basic roles and ensure that they carry out their roles well. As a servant of God, all the guidelines as prescribed in the qur'an and sunnah must be followed without any exception. There is no option for an individual Muslim to choose to follow some guidance and not others.
In Islam, wealth is considered as a bounty of God and thus it is not scarce, for Allah says, "God is rich but you are poor" (Qur'an 47:38). What is actually scarce is the ability of mankind to utilize (explore) the bounties of God, at any given point in time. On the other hand, God is rich, meaning that in actuality the bounties of God are limitless. As a result, being a servant of God, Muslims should be professionals in what ever they are in so that they may stretch their hands out over (whole) the world and all that is in it, since God made them His representatives on earth. Being professional, Muslims should follow the guidelines and injunctions of God in their respective profession. Undoubtedly whatever Muslims achieved in creation and accumulation of wealth will not trigger any bad feelings such as envy and jealousy among them. With regard to ownership, Islam considers it as a trust and thus Muslims should keep it in their minds that the trusts will be asked for. Muslims will be responsible for whatever they have done toward the trusts. In this point, Islam prescribes ways to carry out the trust. For example, how should Muslims spend their wealth in their lifestyles- in their clothing, dwelling, transportation, food, education and charity- and how should Muslims distribute their wealth (estate) after they passed away.
Finally, life goal of Muslims is not only to satisfy temporary needs and wants but it is to get falaah or prosperity that leads a good life in this world and the hereafter. Islam prescribes this life as place where Muslims prepare themselves for the next life and thus they should treat this life as test and trial. As a result, Muslims should plan and achieve goodness in this world and the hereafter. Thus Islamic financial planning should more comprehensive than that of the conventional in the sense it includes the creation, accumulation, protection, purification, and distribution of wealth based on shari'ah in order to get a good life in this world and the hereafter

SINLAMMIM METHODE


If people wish to know why God has given name to Islam as religion, hence its answer can be anything and will fulfill sky and earth along with its contents. In general, Arabic morphology divided into 3 form: verb, noun, and adverb (?). The word of Islam included in basic word which mean unfinished process. This word expresses the nature of dynamic and not static. Islam can be explained as dynamic movement for every single matter in this world.
We sent thee not, but as a mercy for all creatures (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Muhammad Saw was pointed to show that Islam for all. This statement affirmed in al-Quran whom Muhammad is the last prophet, so that the doctrine from Muhammad are for all human kind without limitation of space and time.
The word root of Islam is Sin Lam Mim س ل م

Ontologi Epistemologi Aksiologi



Big concept background from lives is a Islam.
Kaffah is a Big concept from Lives.
Lives a road on two case,case which is a good and which is a bad.

SAHAM LUAR NEGERI


Analisa Indeks dan Saham Regional

Hang Seng jatuh karena turunnya harga minyak

Kamis, 4 Juni 2009, 08:48 WIB -

OLEH SD TEAM Jakarta, Strategydesk - Indeks Hang Seng diperkirakan akan mengaalmi penurunan hari ini, menyusul merosotnya harga minyak dunia ke level $66 per barel, diperkirakan akan menekan kinerja saham energi dan pertambangan.

Faktor lainnya yang menekan indeks adalah kondisi indeks saham regional dan AS mendapatkan sejumlah sentimen negatif setelah Credit Suisse Group menurunkan rating saham AS menjadi “Market Weight” dari “Overweight” karena kekhawatiran mengenai ekonomi, valuasi S&P 500 tertinggi dalam 8 bulan terakhir.
Sementara itu, rilisan ISM Services, Factory Orders, ADP Employer Services AS tercatat dibawah perkiraan pasar, diikuti Chairman Fed Bernanke mengatakan besarnya defisit anggaran AS mengancam kestabilan finansial, dapat menahan laju kenaikan indeks regional.
Kemarin, indeks Hang Seng ditutup menguat 187,39 poin, atau 1,02%, ke 18.576,47, berkat optimisme terhadap prospek ekonomi global meningkat setelah laporan semalam menunjukan pending home sales AS naik 6,7% pada April, jauh lebih besar dari prediksi 0,5%.
Secara teknikal, false breakout level 18,865 (resistance line) untuk target 18941 (61.8 FE) di daily chart, mendorong aksi profit-taking, dengan menunjukkan signal negatif dari pola candle daily three outside out dan trend berbalik netral untuk jangka pendek, setelah trendline support berhasil ditembus kemarin. Sementara indeks mendapatkan support di 18,244(61.8 FE), jika break target 17939 (100.0 FE)17667 (trendline support) dan mengisi gap di kisaran 18182. Indikator ADX, stochastic dan MACD menunjukkan koreksi dukung potensi penurunan. Perkiraan range hari ini pada kisaran 18.100-18.600.
Rekomendasi : Sell break 18170 target 17930 (or closing) stop 100 p. Sell break 16850 target 16555 stop 60 poin. Sell 18610 target 18180 stop 100p. Buy break 18.490 target 18820 stop 100p (-100p). Buy 17930 target on closing stop 100p.


Indeks dan Saham

Nikkei akhiri perdagangan hari ini naik 1,9%

Jum'at, 15 Mei 2009, 15:14 WIB - OLEH nanang wahyudin Jakarta, Strategydesk - Indeks Nikkei naik 1,9% hari ini, rebound dari kejatuhan kemarin berkat laporan machindery orders yang lebih baik dari prediksi, mengangkat saham produsen mesin. Sedangkan saham Sony menguat setelah memproyeksikan kerugian yang lebih kecil dari perkiraan pasar.
Laporan Machinery Orders juga mengangkat saham Tokyo Electron menguat hampir 8%, menjadi pendorong terbesar indeks Nikkei meski memproyeksikan kerugian tahunan. Pelaku pasar mengatakan penguatan saham itu juga didorong oleh pandangan bahwa semua berita buruk mengenai produsen chip itu sudah lewat.
Indeks Nikkei .N225 ditutup menguat 171,29 poin, atau 1,88%, ke level 9.265,02, setelah sebelumnya anjlok 2,6%. Indeks Topix bertambah 2,2% ke posisi 881,65. Sedangkan Nikkei berjangka Juni membukukan range harian 145 poin, dengan posisi tertinggi 9275 dan terendah 9130 dari harga pembukaan 9130, sebelum akhirnya ditutup pada 9265 atau naik 125 poin dari penutupan Osaka kemarin 9140.
Saham Sony menanjak 7,1% ke level 2.570 yen, setelah memproyeksikan rugi tahun ini sebesar 100 miliar yen daari 227,8 miliar tahun sebelumnya. Sedangkan saham Tokyo Electron menguat 7,8% menjadi 4.400 yen.
Sementara itu, Mizuho Financial Group Inc naik 2,2% ke posisi 237 yen, setelah dilaporkan bahwa bank itu akan mendapatkan dana hingga 800 miliar yen sampai Agustus dengan menerbitkan saham biasa dan preferen.
Saham lainnya yang terdongkrak diantaranya, Fanuc Ltd yang menanjak 2,1% menjadi 7.730 yen. Komtasu Ltd menguat 3,1% menjadi 1.345 yen, menyusul membaiknya laporan machinery order.

SAHAM DALAM NEGERI




Saham INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk) lebih murah dari sebungkus indomie goreng

Tidak ada yang salah dengan emiten INDF. Dalam kecenderungan sideways-nya, saham yang satu ini sangat layak koleksi untuk mid term -long term. INDF kalau up trend akan cenderung perlahan namun pasti, mengingat saham jenis defensif.

Namun kalau anda WNI di Kuwait maka akan tahu betul cuma satu produk Indonesia yang merajai semua warung kelontong (bakala) dan mal di Kuwait. Yaitu produk Untuk mie "noddle" dari Indonesia produk Indofood, dan sering iklan juga di TV arab. Saingan pasar mie bersaing dengan mie produksi philipina dan thailland, kalau untuk di Kuwait. Produk lain terutama consumer good tidak akan ada kan ???, produk asli indonesia yah...memang Unilever juga ada namun bukan produk asli bawaan Indonesia.

INDF memang terkenal dengan mie instan,,,,namun apa yang salah dengan sahamnya????.

1 bungkus indomie goreng = Rp. 1.300,-

kalau di Kuwait 1 paket isi 5 bungkus seharga 440 fils = Rp. 17.600,- atau satunya Rp.3.520,-

Apa yang salah dengan fundamental INDF???

Ternyata tidak ada, tunggu aja tanggal mainnya ???

Saham INDF sendiri banyak berlari di Rp. 910 per saham saat ini...yang lebih murah ketimbang 1 bungkus indomie gorengnya...

Jangan Lepas Saham TLKM
Asteria

(inilah.com/ Bayu Suta)

INILAH.COM, Jakarta – PT Telekomunikasi mengalami penurunan laba tahun lalu. Situasi ini memberi sentimen negatif pada pergerakan saham perseroan. Untung, korporasi bergerak cepat sebagai pemimpin pasar. Saham emiten ini pun tetap diminati.

Dalam sepekan terakhir, umpamanya, saham berkode TLKM ini diperdagangkan relatif stabil. Pada perdagangan Jumat (23/1) sesi siang, selembar sahamnya dihargai Rp 6.450. Ini harga yang sama seperti sehari sebelumnya. Tapi, naik Rp 50 dibanding awal pekan ini.

Tim riset Samuel Sekuritas menilai saham TLKM saat ini masih menarik karena merupakan pemain utama di pasar telekomunikasi. Namun, adanya penurunan laba membuat penguatannya agak tertahan. Dengan TLKM ditransaksikan pada price earning (P/E) 2009 sebesar 4 kali dan price book value (PBV) 2009 sebesar 2,8 kali, investor disarankan untuk hold.

“Kami rekomendasikan hold untuk TLKM. Namun investor bisa mulai mengkoleksi untuk jangka panjang,” katanya.

Pihak TLKM memprediksi pada tahun 2008 laba TLKM akan turun 9-12% (yoy) menjadi Rp 11,3 triliun karena kompetisi ketat di pasar seluler. Puncaknya adalah munculnya perang tarif antaroperator. Akibatnya, pendapatan TLKM tahun 2008 hanya akan naik tipis 2-4%.

Adapun capital expenditure (capex) 2009 sebesar Rp 22 triliun dengan Rp 14-15 triliun untuk seluler. “Secara keseluruhan, hasil ini tidak berbeda jauh dengan perkiraan pasar,” katanya.

Perang tarif ini telah menggerus marjin dan kinerja perusahaan pelat merah ini. Buntutnya, pemerintah pun akan rugi karena setoran deviden menurun. Untuk itu, TLKM mendesak pemerintah agar menghentikan izin baru operator telekomunikasi.

Sementara analis Finan Corpindo Nusa, Edwin Sebayang mengatakan, TLKM masih berpotensi menguat, terutama karena basisnya pada pasar dalam negeri. Dengan posisinya sebagai pemimpin pasar, pertumbuhan TLKM pada 2009 diperkirakan mencapai 10%. “Saya rekomendasikan beli dengan target harga Rp 7.530 per lembarnya,” ujarnya.

Beberapa aksi korporasi emiten sektor telekomunikasi ini juga mendukung adanya peningkatan kinerja di masa mendatang. Seperti diketahui, perseroan dikabarkan akan mengakuisisi perusahaan telekomunikasi asal Iran dan juga perusahaan multimedia di Tanah Air.

TLKM pun sedang memperkuat jaringan utama dengan menyiapkan satelit Telkom 4 yang akan mengorbit di slot 150,5 BT. Saat ini perseroan sedang berencana membuat konsorsium dalam pembuatan satelit Telkom 4. Beberapa perusahaan yang sudah dijajaki antara lain PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama, dan beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya di Indonesia. Pengelolaan satelit Telkom 4 akan diluncurkan setelah peluncuran satelit Telkom 3.

Sedangkan proses tender satelit Telkom 3 yang akan diluncurkan 2011, dimenangkan Retchesnev dari Rusia, dengan penandatanganan kontrak dilakukan pada Februari 2009. Nilai investasi satelit tersebut sekitar US$ 175-200 juta, dengan technical lifetime 15 tahun sejak diluncurkan. TLKM memperkirakan Satelit Telkom 3 memberikan kontribusi US$ 50 juta per tahun pada pendapatan perseroan setelah 2-3 tahun mengudara.

Satelit Telkom 3 ini memiliki 48 transponder dan sejumlah bank menyatakan kesiapannya untuk pembiayaan. Bank-bank tersebut antara lain BNI, Bank Mandiri, dan BRI, dengan nilai pinjaman sebesar US$ 60 juta.

Sementara itu, TLKM juga menggelar dua ring kabel laut yang akan menyambung ke Palapa Ring. Konsorsium Fujitsu-Norddeutsche Seekabelwerke GmbH (NSW) yang memenangkan kontrak senilai lebih dari US$ 115,41 juta (Rp 1,26 triliun), menargetkan realisasi kabel bawah laut tersebut pada Januari-Maret 2010.

Penggelaran kabel bawah laut ini menyediakan bandwidth terpanjang dengan kapasitas terbesar yaitu 320 Gbps. Panjang penggelaran kabel optik tersebut mencapai 1.836 km, terdiri dari Ring 4 sepanjang 1.197,5 km dan Ring 8 sepanjang 326,4 km serta DMCS sejauh 312 km.

Penggelaran itu akan menjadi simpul cadangan untuk memasok bandwitdh unlimited layanan pita lebar (broadband) Telkom bagi pasar korporasi maupun ritel sehingga memberikan kapasitas untuk upgrade fasilitas transmisi yang mendukung layanan Internet, e-commerce, video, data dan suara.

Bursa Efek Indonesia (Masih) Tahan Banting?

Akhirnya datang juga kesempatan dan waktu yang cukup untuk kembali berkutat dengan blog ini. Seminggu terakhir ini rasanya susah mencari waktu yang pas untuk sekedar membaca berbagai analisis apalagi untuk membuat satu artikel. Ada sekeranjang penuh alasan yang menyebabkan blog ini terlantar beberapa hari. Tinggal pilih. Malas? Mungkin begitu adanya apalagi pada saat energy yang tersedia sudah minim dikuras oleh kesibukan sepanjang pagi sampai dengan tengah malam.

Update pertama yang paling seru tentu saja soal indeks bursa kita yang seakan tidak berdaya dan kelihatan semakin lunglai dalam seminggu terakhir. Ada dua artikel terdahulu yang sebaiknya dibaca sebagai referensi dari postingan ini. Pertama adalah "Bursa Efek Indonesia Tahan Banting?" yang ditulis pada akhir January sesaat setelah terjadi kontraksi di seluruh bursa saham dunia. Kedua adalah "Arah Langkah BEI di Q208: Predictable Bust or Soft Landing?" ditulis 9 April yang lalu setelah IMF menerbitkan laporan terbaru mengenai krisis keuangan global 2008. Keduanya memberikan analisis singkat terhadap situasi BEI dengan mengacu pada global factors dan juga local factors.



Grafik diatas memperlihatkan perbandingan gerak indeks Dow, Nikkei, Hang Seng, Strait Times Singapore dan BEI. Disini terlihat bahwa dari awal January 2008 sampai dengan akhir Maret 2008, empat bursa Asia tersebut memiliki response yang sama terhadap gejolak yang terjadi di bursa US bahkan kinerja BEI pada akhir February jauh lebih bagus dibanding ketiga lainnya. Indeks BEI berada pada posisi naik tipis dari dibanding awal January sedang ketiga lainnya turun antara 4% sampai 12%.

Namun demikian, keadaan menjadi terbalik di Q208, pada posisi penutupan Jumat lalu, Nikkei, Hang Seng dan Strait Times berada sekitar 6% sampai 9% dibawah indeks awal January 2008 dan pola gerakan mereka masih tetap seiring seirama dengan pergerakan indeks Dow. Sedangkan indeks BEI melorot sekitar 17% dibanding posisi awal January dan (ini yang terpenting) sejak awal April lalu menunjukkan pola gerakan yang berbeda baik terhadap bursa di US maupun terhadap ketiga bursa di Asia.

Lalu, indikasi apa yang bisa ditarik dari fakta tersebut? Pertama, ada kecenderungan bahwa perilaku pasar di BEI tidak lagi dipengaruhi secara signifikan oleh situasi di pasar global bahkan situasi di tingkat regional atau Asia. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku pasar di BEI lebih didominasi oleh berbagai local factor. Lalu pertanyaan mengarah kepada local factor yang mana yang membuat BEI semakin melorot di awal Q208?

Apakah suku bunga Bank Indonesia? Tidak juga, suku bunga masih tetap 8% dan masalah issue kenaikan suku bunga juga bukan hal baru di bursa. Apakah kenaikan inflasi yang terus melaju? Tidak juga, inflasi dapat diprediksi cukup akurat dan margin kenaikan inflasi tidak serta merta membuat kinerja bursa melorot drastis. Apakah faktor fundamental dari emiten? Tidak juga, secara fundamental memang akan terjadi penurunan kinerja karena kenaikan berbagai biaya tapi penurunan tersebut wajar terjadi dan bukan momok yang harus ditakuti pada saat perekonomian masih terus tumbuh. Apakah dana asing yang parkir di BEI telah berkurang secara signifikan? Memang terjadi penurunan tetapi tetap dalam batas yang tolerable. Apakah kenaikan harga minyak telah menghantam sendi2 ekonomi kita secara drastis? Tidak juga, jalanan masih macet dimana mana bahkan pada saat malam mulai larut.

Lalu apa? Tidak jelas. Hanya itu yang dapat saya katakan saat ini. Suka atau tidak, kondisi bursa saat ini telah membuat investor di tingkat retail semakin jera untuk menggunakan berbagai fasilitas margin tambahan yang tersedia. Indikasi short selling yang sering terlihat di pembukaan pagi hari di sepanjang Q108 dengan memanfaatkan momentum global, sekarang mulai jarang terlihat. Apakah karena pengawasan dan sanksi di bursa makin ketat? (Khusus yang ini dijawab di dalam hati saja sambil tertawa lebar) Intinya siapa sih yang ingin rugi?

Satu hal yang sekarang mulai terlihat semakin jelas adalah fakta bahwa BEI merupakan inflated market atau bubble market yang terjadi sejak akhir 2006 seperti sering saya kemukakan sebelumnya. Ini pelajaran penting buat kita semua untuk tidak cepat puas atas satu pencapaian dan untuk selalu melihat kembali proses pencapaian tersebut. Pelajaran pula untuk para penguasa di BEI untuk tidak pongah dan sesumbar indeks BEI akan melejit di atas 3000 di 2008. Ada baiknya para penguasa tersebut memberikan penjelasan ke publik bagaimana caranya sampai ke angka tersebut dan kapan akan terjadi dengan melihat kondisi saat ini. Walaupun saya meragukan nyali mereka untuk berbuat hal tersebut.

Dalam perhitungan saya, potensi kenaikan indeks BEI dalam beberapa minggu ke depan maksimum hanya mencapai 2400. Ini dengan catatan bahwa saham berbasis energy kembali menguat, tingkat suku bunga tetap berada di 8 persen, harga minyak kembali turun di bawah USD 110 dan situasi pasar global terus mengalami perbaikan.

SUKUK LUAR NEGERI

Ekonomi syariah telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir ini. Kemampuannya dalam bertahan di tengah badai krisis juga merupakan hal yang menjadi sorotan betapa ekonomi syariah diharapkan mampu membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik.Sehingga masyarakat pun kemudian menaruh perhatian dan harapan untuk menjawab tantangan dan kondisi perekonomian saat ini. Karena menurut beberapa kalangan pengamat ekonomi, ekonomi syariah dinilai menjadi salah satu alternatif ekonomi yang menjanjikan perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satu perkembangannya adalah pada sektor keuangan. Dimana, pasar keuangan Islam secara inernasional/ global saat ini berkembang secara pesat. Perkembangan keuangan syariah global yang sangat pesat ini terutama dipicu oleh aktivitas investasi yang dilakukan oleh para investor dari negara-negara yang tergabung dalam the Gulf Cooperation Countries (GCC), yaitu Bahrain, Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) di berbagai negara. Investasi negara-negara teluk tersebut, GCC (Gulf Cooperation Council) di pasar internasional mencapai USD 1,2 triliun yang sebagian besar diinvestasikan ke negara-negara OECD. Dan dana tersebut sebagian telah direpatriasi ke kawasan GCC, terutama pasca peristiwa 9/11. Data-data dari Islamic International Finance Market (IIFM) menunjukkan dalam periode 2000-2006, total sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia telah mencapai lebih dari US$50 miliar dengan rincian corporate sukuk sekitar US$44 miliar dan sovereign sukuk US$6 miliar lebih. Dimana dari sekitar US$50 miliar sukuk tersebut, sekitar US$19 miliar merupakan global sukuk, atau sukuk yang diperdagangkan di bursa global.

Dan saat ini sudah ada lebih dari 276 lembaga keuangan syariah di dunia. Dimana negara yang banyak disinggahi investor dari GGC justru dari Eropa. Di Eropa, negara yang menjadi financial hub dari GCC adalah Inggris. Dipilihnya Inggris, memang tidak terlepas dari political will pemerintahnya yang mengatakan bahwa Inggris berambisi menjadi pintu masuk (gateway) bagi perdagangan dan keuangan syariah (Islamic finance and trade). Dengan strateginya adalah menjadikan Inggris sebagai pusat bagi transaksi keuangan syariah global. Hingga saat ini perbankan Inggris merupakan pioner perbankan syariah dan London sekarang memiliki lebih banyak bank yang menyediakan layanan syariah dibandingkan pusat keuangan Barat lainnya. Saat ini, sekitar 85% dari seluruh obligasi yang dikeluarkan GCC berbentuk sukuk, dan London adalah memegang posisi penting sebagai pasar sukuk. Inggris sendiri telah mengumumkan akan menyusun sebuah kerangka regulasi dan tax reform baru dalam rangka mendukung penerbitan sukuk domestik.

Sementara itu, negara tetangga kita, Malaysia, yang merupakan leading country dalam pasar keuangan syariah inernasional dilihat dari kapitalisasi maupun jenis instrumen syariah yang diperdagangkan di pasar. Telah menerbitkan global sukuk sebesar US$600 juta pada tahun 2002,pada tahun 2005, kalangan swasta di Malaysia setidaknya telah menerbitkan dan mengumumkan penerbitan sukuk sekitar US$4.545 juta. Sedangkan di tahun 2006, diketahui bahwa Rantau Abang Capital Sukuk telah menerbitkan sukuk senilai US$2.726 juta pada bulan Maret 2006. Malaysia saat ini mengendalikan sekitar 70% dari total sukuk yang diterbitkan pasar global (global sukuk). Sedangkan berdasarkan data dari Islamic Financial Information Service (IIFS) dari “top 20” investment bank yang menjadi underwriter bagi penerbitan sukuk di berbagai negara pada tahun 2005, peringkat 1, 3, 4, 5, dan 6 dipegang oleh investment bank yang bermukim di Malaysia.

Perkembangan penggunaan instrumen keuangan syariah yang begitu pesat pertumbuhannya di beberapa negara dan khususnya negara tetangga kita, semestinya hal ini menjadi pemicu bagi pelaku ekonomi (pemerintah dan swasta) di Indonesia untuk menangkapnya sebagai peluang dalam rangka meningkatkan investasi.

Kita telah mengetahui bahwa di tahun 2008, pemerintah telah mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%. Pertumbuhan 6,8% ini diharapkan didukung oleh pertumbuhan investasi sebesar 15,53%. Dan target pertumbuhan investasi ini cukup berat, terlebih setelah melihat kinerja perekonomian hingga kuartal ketiga 2007 dimana laju investasi hanya 8,8%.. Di bidang perbankan, pangsa asset perbankan syariah baru mencapai 1,72% dari total asset perbankan di Indonesia (posisi September 2007). Padahal, akhir tahun 2008, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, menargetkan pangsa asset perbankan syariah ditargetkan mencapai 5%. Sementara itu, belum banyakl institusi di Indonesia yang memanfaatkan instrumen keuangan syariah, seperti obligasi syariah (sukuk) dalam aktivitas fund raising mereka. Berdasarkan data dari Bapepam, baru terdapat 20 efek syariah dengan jenis sukuk. Dengan demikian, perluasan instrumen investasi untuk mendorong kegiatan investasi, dengan pemanfaatan instrumen keuangan syariah, menjadi sangat relevan untuk didorong pertumbuhannya.