Jumat, 05 Juni 2009

SUKUK LUAR NEGERI

Ekonomi syariah telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir ini. Kemampuannya dalam bertahan di tengah badai krisis juga merupakan hal yang menjadi sorotan betapa ekonomi syariah diharapkan mampu membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik.Sehingga masyarakat pun kemudian menaruh perhatian dan harapan untuk menjawab tantangan dan kondisi perekonomian saat ini. Karena menurut beberapa kalangan pengamat ekonomi, ekonomi syariah dinilai menjadi salah satu alternatif ekonomi yang menjanjikan perubahan ke arah yang lebih baik. Salah satu perkembangannya adalah pada sektor keuangan. Dimana, pasar keuangan Islam secara inernasional/ global saat ini berkembang secara pesat. Perkembangan keuangan syariah global yang sangat pesat ini terutama dipicu oleh aktivitas investasi yang dilakukan oleh para investor dari negara-negara yang tergabung dalam the Gulf Cooperation Countries (GCC), yaitu Bahrain, Oman, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) di berbagai negara. Investasi negara-negara teluk tersebut, GCC (Gulf Cooperation Council) di pasar internasional mencapai USD 1,2 triliun yang sebagian besar diinvestasikan ke negara-negara OECD. Dan dana tersebut sebagian telah direpatriasi ke kawasan GCC, terutama pasca peristiwa 9/11. Data-data dari Islamic International Finance Market (IIFM) menunjukkan dalam periode 2000-2006, total sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia telah mencapai lebih dari US$50 miliar dengan rincian corporate sukuk sekitar US$44 miliar dan sovereign sukuk US$6 miliar lebih. Dimana dari sekitar US$50 miliar sukuk tersebut, sekitar US$19 miliar merupakan global sukuk, atau sukuk yang diperdagangkan di bursa global.

Dan saat ini sudah ada lebih dari 276 lembaga keuangan syariah di dunia. Dimana negara yang banyak disinggahi investor dari GGC justru dari Eropa. Di Eropa, negara yang menjadi financial hub dari GCC adalah Inggris. Dipilihnya Inggris, memang tidak terlepas dari political will pemerintahnya yang mengatakan bahwa Inggris berambisi menjadi pintu masuk (gateway) bagi perdagangan dan keuangan syariah (Islamic finance and trade). Dengan strateginya adalah menjadikan Inggris sebagai pusat bagi transaksi keuangan syariah global. Hingga saat ini perbankan Inggris merupakan pioner perbankan syariah dan London sekarang memiliki lebih banyak bank yang menyediakan layanan syariah dibandingkan pusat keuangan Barat lainnya. Saat ini, sekitar 85% dari seluruh obligasi yang dikeluarkan GCC berbentuk sukuk, dan London adalah memegang posisi penting sebagai pasar sukuk. Inggris sendiri telah mengumumkan akan menyusun sebuah kerangka regulasi dan tax reform baru dalam rangka mendukung penerbitan sukuk domestik.

Sementara itu, negara tetangga kita, Malaysia, yang merupakan leading country dalam pasar keuangan syariah inernasional dilihat dari kapitalisasi maupun jenis instrumen syariah yang diperdagangkan di pasar. Telah menerbitkan global sukuk sebesar US$600 juta pada tahun 2002,pada tahun 2005, kalangan swasta di Malaysia setidaknya telah menerbitkan dan mengumumkan penerbitan sukuk sekitar US$4.545 juta. Sedangkan di tahun 2006, diketahui bahwa Rantau Abang Capital Sukuk telah menerbitkan sukuk senilai US$2.726 juta pada bulan Maret 2006. Malaysia saat ini mengendalikan sekitar 70% dari total sukuk yang diterbitkan pasar global (global sukuk). Sedangkan berdasarkan data dari Islamic Financial Information Service (IIFS) dari “top 20” investment bank yang menjadi underwriter bagi penerbitan sukuk di berbagai negara pada tahun 2005, peringkat 1, 3, 4, 5, dan 6 dipegang oleh investment bank yang bermukim di Malaysia.

Perkembangan penggunaan instrumen keuangan syariah yang begitu pesat pertumbuhannya di beberapa negara dan khususnya negara tetangga kita, semestinya hal ini menjadi pemicu bagi pelaku ekonomi (pemerintah dan swasta) di Indonesia untuk menangkapnya sebagai peluang dalam rangka meningkatkan investasi.

Kita telah mengetahui bahwa di tahun 2008, pemerintah telah mentargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%. Pertumbuhan 6,8% ini diharapkan didukung oleh pertumbuhan investasi sebesar 15,53%. Dan target pertumbuhan investasi ini cukup berat, terlebih setelah melihat kinerja perekonomian hingga kuartal ketiga 2007 dimana laju investasi hanya 8,8%.. Di bidang perbankan, pangsa asset perbankan syariah baru mencapai 1,72% dari total asset perbankan di Indonesia (posisi September 2007). Padahal, akhir tahun 2008, pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, menargetkan pangsa asset perbankan syariah ditargetkan mencapai 5%. Sementara itu, belum banyakl institusi di Indonesia yang memanfaatkan instrumen keuangan syariah, seperti obligasi syariah (sukuk) dalam aktivitas fund raising mereka. Berdasarkan data dari Bapepam, baru terdapat 20 efek syariah dengan jenis sukuk. Dengan demikian, perluasan instrumen investasi untuk mendorong kegiatan investasi, dengan pemanfaatan instrumen keuangan syariah, menjadi sangat relevan untuk didorong pertumbuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar